Sabtu, 22 Maret 2014

Pendekatan dalam Supervise Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk menigkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya. Sekolah merupakan lembaga formal sesuai dengan misinya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus-menerus. Tugas guru mencakup pengembangan program tahunan, program semester, pokok bahasan, program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling. Dalam prakteknya tentu tidak semudah yang dibayangkan, guru sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, Adakalanya guru menemui kendala dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak mampu menyelesaikannya sendiri, maka oleh karena itu seorang pendidik atau guru membutuhkan bimbingan atau petunjuk dari seorang supervisor pendidikan. Disekolah yang berperan sebagai supervisor salah satunya adalah kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sebagai supervisor kepala sekolah memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan, untuk mewujudkan semuanya salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan supervisi untuk para guru disekolah yang dipimpinnya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan. Sebagai supervisor kepala sekolah harus bisa mengarahkan, membimbing, menilai, mengawasi, dan memperbaiki kesalahan serta kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja yang termasuk pendekatan dalam Supervisi pendidikan?
2.      Bagaimana pendekatan dalam supervise pendidikan?
3.      Bagaimana perencanaan program supervise pendidikan?
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa saja yang termasuk pendekatan dalam Supervisi pendidikan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pendekatan dalam supervise pendidikan.
3.      Untuk mengetahui bagaimana perencanaan program supervise pendidikan.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pendekatan dalam supervise pendidikan.
Supervisi pendidikan  adalah proses pemberian bantuan kepada guru atau staf sekolah untuk memperbaiki atau mengembangkan situasi belajar mengajar kearah yang  lebih baik, dengan kata lain supervisi pendidikan adalah suatu proses pemberian layanan, bimbingan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun kelompok dalam rangka memperbaiki pengajaran guru di kelas yang mencakup segala aspek tugas pengajaran yang dilakukan guru. Dilingkungan sekolah yang berperan sebagai supervisor salah satunya adalah kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Sebagai supervisor kepala sekolah memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan, untuk mewujudkan semuanya salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan supervisi untuk para guru disekolah yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan guru. Karena itu, supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan karakteritik guru yang dihadapinya.

A.    Supervise Saintifik, Artistic, dan Klinik.
Supervisi pengajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervisi pengajaran adalah peningkatan mutu pengajaran melalui perbaikan mutu guru dan pembinaan terhadap kemampuan gurunya. Dalam pelaksanaannya, supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinis
1.      Pendekatan saintifik (ilmiah) memiliki indikator keberhasilan mengajar dilihat dari komponen dan variabel proses pembelajaran. Sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan pada pengembangan komponen pembelajaran secara keseluruhan. Pendekatan ilmiah berkaitan dengan efektivitas pengajaran. Pengajaran dipandang sebagai ilmu (science), sehingga perbaikan pengajaran dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Guna meningkatkan dan mengupayakan perbaikan pengajaran maka supervisor yang menggunakan pendekatan ilmiah dituntut dapat melaksanakan hal-hal yaitu 1) mengimplementasikan hasil temuan para peneliti, 2) bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian dibidang pengajaran dan hal lain yang bersangkutpaut dengannya, dan 3) menerapkan metode ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah dalam menentukan efektivitas pengajaran.
2.      Pendekatan artistik melihat berhasil tidaknya pengajaran dan usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor. Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi kejadian pengajaran yang bersifat subtleties (lembut) dan bermakna di dalam kelas. Pendekatan artistik menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk keperluan supervisi. Oleh karena itu supervisor sendiri yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka supervisor yang membuat pemaknaan atas pengajaran yang sedang berlangsung.
3.      Pendekatan klinis menekankan pada kesejawatan antara supervisor dan guru. Penentuan peningkatan kemampuan guru telah didahului dengan kontrak (kesepakatan) antara guru dan supervisor, kemampuan apa yang perlu diamati untuk ditingkatkan. Titik tolak pembinaan didasarkan atas kebutuhan guru. Supervisi klinis sifatnya lebih ke arah yang khusus dan terbatas pada aspek tertentu yang dibutuhkan dalam pengajaran guru. Supervisi klinis adalah bantuan profesional yang diberikan pada guru berdasarkan kebutuhan dengan beberapa siklus tertentu dan melibatkan guru sebagai target utama. Ada tiga siklus dalam pelaksanaan supervisi klinis, meliputi pertemuan awal, observasi, dan pertemuan balikan.

B.     Supervise Psikologi Behavioral, Humanistic, dan Kognitif.
Pada tahun 80 an dalam perkembangan supervisi pengajaran menggunakan pendekatan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar, yaitu psikologi behavioral, humanistik, dan kognitif. Psikologi behavioral memandang belajar sebagai kondisioning individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar adalah hasil peniruan atau latihan-latihan yang memperoleh ganjaran jika berhasil dan hukuman jika gagal. Psikilogi humanistik berdasarkan pemikiran bahwa belajar adalah hasil keingintahuan individu untuk menemukan rasionalitas dan keteraturan di alam ini, sehingga belajar dipandang sebagai proses pembawaan yang berkembang (terbuka). Guru menunjang keingintahuan individu dari hasil belajar melalui self-discovery. Psikologi kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil keterpaduan antara interaksi kegiatan individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara guru dan murid atau obyek yang dimanipulasi.
Berdasarkan pendekatan di atas, supervisi dirumuskan sebagai proses perbaikan dan peningkatan kelas dan sekolah melalui kerjasama secara langsung dengan guru. Untuk itu, maka supervisor perlu memilih kegiatan supervisinya yang sesuai dengan tujuan perbaikan atau peningkatan pembelajaran tertentu. Pemilihan kegiatan supervisi yang bersumber dari pandangan mendasar itu menjadikan supervisi lebih kokoh karena memiliki pijakan ilmiah dan lebih efektif.
C.    Supervise Direktif, Kolaboratif, dan Nondirektif.
Berdasarkan dua dimensi penting yang dimiliki oleh setiap individu guru, yaitu dimensi derajat komitmen dan dimensi kekomplekkan kognitif atau derajat abstraksi, maka pendekatan supervisi pengajaran yang dapat dikembangkan adalah supervisi yang berorientasi pada pendekatan non-direktif, kolaboratif, dan direktif. Dengan memadukan supervisi individual, kolegial, dan informal dengan membangun suatu kerangka berpikir yang baru dalam supervise.
Pengukuran kedua dimensi tersebut akan membantu guru dan supervisor dalam menetapkan pada tahapan mana guru berada dan perlakuan supervisi yang bagaimana seharusnya dilakukan pada guru, dan pada gilirannya supervisi harus berkembang ketahapan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya supervisi Glickman (1980) disebut supervisi perkembangan, karena tujuan supervisi menurutnya adalah  …..  membantu guru belajar bagaimana para guru meningkatkan kapasitas mereka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran siswa yang telah ditetapkan. Pengembangan masing-masing model supervisi pengajaran yang disebut dengan supervisi direktif, supervisi kolaboratif, dan supervisi non direktif secara lebih lengkapnya akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.

1.      Supervisi Pengajaran Direktif
Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif. Peran supervisor dalam menerapkan pendekatan direktif ini adalah mengimformasikan, mengarahkan, menjadi model, dan menilai kompetensi yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah dalam supervisi dengan pendekatan direktif tersebut dimulai dengan:
1.      Pre conference dilakukan oleh supervisor untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan dapat memilih permasalahan apa yang dihadapi oleh guru-guru, sehinggga seorang mengetahui dan mempunyai masalah apa saja yang akan diobservasinya, yang lebih lanjut akan dapat menetapkan tindakan apa yang akan dapat dilaksanakan.
2.      Observasi, pada tahap ini supervisor berada di dalam kelas dan mengadakan observasi. Dalam melaksanakan observasi tersebut seorang supervisor mengamati perilaku siswa dari awal sampai akhir pelajaran.
3.      Analisa dan interpretasi, data yang didapat dalam melakukan observasi dibuatkan semacam tabulasi data tentang perilaku siswa, sehingga lebih lanjut data tersebut dapat dianalisis sehingga dapat diambil suatu kesimpulan terhadap perilaku siswa tersebut.
4.      Post conference, dalam kegiatan ini supervisor dengan guru kembali membahas cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru, membuat rencana pembelajaran sebagai perbaikannya yang akan didemonstrasikan oleh pengawas, menetapkan jadwal observasi berikutnya setelah demonstrasi.
5.      Post analysis, dalam kegiatan ini dilaksanakan kembali evaluasi terhadap penerapan berbagai contoh yang telah diberikan dan dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan demosntrasi mengajar, yang lebih lanjut akan dicontoh dan dilaksnakan oleh guru. Kemudian lebih lanjut menetapkan program yang akan diambil pada masa-masa berikutnya.
6.      Diskusi, sebagai langkah terakhir dari pendekatan direktif ini, maka dibahas  beberapa hal, (1) menjelaskan masalah-masalah guru sehingga dapat dipahami dengan jelas, (2) menampilkan ide-ide tentang informasi yang seharusnya dikumpulkan dan bagaimana mengumpulkannya, (3) mengarahkan dan memberi petunjuk kepada guru mengenai usaha apa yang diperlukan sesudah terkumpul dan dianalisa, (4) mendemon-trasikan kepada guru bagaimana mengajar yang baik, agar guru mau saling mengunjungi dalam mengajar, (5) menstandarkan tolak ukur yang digunakan untuk dasar perbaikan, dan (6) meyakinkan atau menguatkan dengan berbagai cara untuk memberikan dorongan psychologis.
2.      Supervisi Pengajaran Kolaboratif.
Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Peran supervisor membimbing ke proses pemecahan masalah, para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan perhatiannya pada masalah mereka.
Dalam melaksanakan supervisi dengan menggunakan pendekatan kolaboratif sebaiknya melalui lima langkah, yaitu:
1.      Pelaksanaan pembicaraan praobservasi disebut juga dengan istilah pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan apa yang akan diobservasi atau dicatat. Pada tahap ini memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengientifikasi keterampilan mana yang memerlukan perbaikan. Dalam pertemuan ini pula dibicarakan dan ditentukan jenis data apa yang akan dicatat selama pembelajaran berlangsung. Terdapat lima masalah yang harus dicermati dalam pembicaraan pendahuluan ini, yaitu: menciptakan suasana yang akrab antara supervisor dengan guru, meneliti ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran, mencermati kembali kom-ponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati, memilih dan mengembangkan instrumen observasi, dan membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang instrumen obsrvasi yang dipilih.
2.      Pada tahap pelaksanaan observasi ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar tertentu yang telah dipilih.
3.      Supervisor mengadakan analisis terhadap hasil catatan-catatan observasi di kelas. Tujuannya adalah mengartikan data yang diperoleh dan selanjutnya merencanakan pertemuan dengan guru untuk menususn strategi pembelajaran selanjutnya. Dalam melakukan analisis, supervisor harus menggunakan kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data yang dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan.
4.      Pembicaraan tentang hasil analisis ini adalah untuk memberikan balikan kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya. Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam tahapan ini, yaitu: (1) menayakan perasaan guru secara umum, atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan, (2) mengamati kembali tujuan pembelajaran, (3) mencermati keterampilan serta perhatian utama guru, (4) menanyakan perasaan guru tenang jalannya pengajaran berdasarkan target, (5) menunjukan hasil data rekaman dan memberi kesempatan kepada guru menaf-sirkan data tersebut, (6) menginterpretasikan data rekaman secara bersama, (7) menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut, (8) menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa sebernarnya yang telah terjadi dan dicapai, dan (9) menentukan secara bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
5.      Lagkah yang terakhir dari pelaksanaan supervisi kinis tersebut adalah analisis sesudah pembicaraan. Dalam tahap ini supervisor harus meneliti ulang apa yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai dalam melakukan observasi.

3.      Supervisi Pengajaran Nondirektif
Supervisi nondirektif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitkan kesadaran sendiri dan mengklarifikasikan pengalaman guru. Pendekatan non direktif ini timbul dari keyakinan bahwa guru tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar. Dalam proses pembinaan guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti perkembangannya. Tugas supervisor adalah membimbing guru-guru sehingga makin lama guru makin dapat berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya dengan usaha sendiri. Belajar dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang dialami secara real. Dengan demikian guru harus mencari sendiri pengalaman itu secara aktif.. Supervisor hanya befungsi sebagai fasilitator dengan menggunakan struktur formal sekecil mungkin. Adapun pelaksanaan supervisi pengajaran dengan pendekatan non direktif, yaitu:
a.      Pembicaraan awal, pada saat ini supervisor memancing apakah dalam mengajarnya guru tersebut mengalami masalah. Pembicaran tersebut dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan tersebut guru tidak memerlukan bantuan, maka proses supervisi akan berhenti.
b.      Observasi. Jika guru perlu, maka supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam melaksanakan observasi tersebut supervisor duduk di belakang tanpa menggunakan catatan-catatan, supervisor hanya mengamati kegiatan kelas.
c.       Analisis dan interpretasi. Setelah observasi dilakukan, supervisor kembali ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melakasanakan proses belajarnya. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawabannya maka supervisor tidak perlu memberikan bantuannya.
d.      Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir, mengenai apa yang sudah dicapai oleh guru, dan menjawab pertanyaan kalau ada guru yang masih memerlukan bantuan lagi.
e.      Laporan. Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan penilaian supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah, atau atasan kepala sekolah untuk perbaikan di masa selanjutnya.

2.2              Pengembangan rencana program supervise  pendidikan
Dari uraian kompetensi supervisi akademik dan supervisi manajerial dapat diketahui bahwa supervisi pendidikan mencakup aspek-aspek pengawasan supervisi akademik yang dalam pelaksanaan supervisi akademik tersebut mencakup aspek-aspek monitoring dan membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran atau bimbingan, membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium atau lapangan, membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi.
 Demikian pula supervisi manjerial adalah mencakup aspek-aspek pembinaan dan monitoring kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah, membimbing guru dalam menyusun silabus, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran atau bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa melalui mata pelajaran, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Dalam upaya pengembangan perencanaan program supervisi akademik dan supervisi manajerial tersebut seorang pengawas dituntut untuk mampu mengembangkan beberapa program perencanaan, seperti rencana program kepengawasan akademik dan rencana kepengawasan manajerial, rencana program tahunan, dan rencana program semester.  Demikian pula semua jenis rencana program tersebut di dalamnya supaya mencakup: (1) aspek masalah, (2) Tujuan, (3) indikator, keberhasilan, (4) strategi atau metode kerja (teknik supervisi yang digunakan), (5) sekenario kegiatan, (6) sumber biaya, (7) penilaian dan instrumen, dan (8) rencana tindak lanjut.






BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinik serta pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral.

3.2 Saran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar