BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Arus
globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama Indonesia, telah
memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Globalisasi dapat
diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut
informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik. Globalisasi
yang memiliki dua sisi mata uang (positif dan negatif) juga menjadi penyebab
infiltrasi budaya tidak terbendung. Budaya-budaya sedemikian cepat dan mudah
saling bertukar tempat dan saling memengaruhi satu sama lain. Termasuk budaya
hidup barat yang liberal dan bebas merasuki budaya ketimuran yang lebih
cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai-nilai agama.
Dampak
negatif dari arus globalisasi yang terlihat miris adalah perubahan yang
cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga menimbulkan sejumlah
permasalahan kompleks melanda negeri ini akibat moral. Dapat di contohkan mulai
dari hal kecil seperti anak-anak sekolah yang membolos pada jam pelajaran,
sampai dengan korupsi. Selain itu terdapat pula tindakan-tindakan kriminal yang
setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa krisis moral telah dan
sedang melanda bangsa ini.
Baik media
cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan setiap hari,
semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang memperhatikan
moralitas, sopan santun, dan etika. Sehingga secara langsung para pembaca dan
pemirsa dapat terpengaruh moral dan tingkah lakunya. Terutama bila para pembaca
dan pemirsa tersebut adalah remaja (pelajar) yang belum memilki bekal
pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari segi ilmu pengetahuan
kita memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi ini. Namun, dari
segi kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh negatif.
Jika dilihat
dari segi sistem pendidikan yang ada di Inonesia, sistem pendidikan kita selama
ini masih lebih menitikberatkan dan menjejalkan pada penguasaan kognitif
akademis. Sementara afektif dan psikomotorik seolah-olah
dinomorduakan. Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang miskin
tata krama, sopan santun, dan etika moral.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Etika dan Moral?
2. Bagaimana dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika, dan moral?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya
Perubahan Moral dan Etika?
4. Bagaimana solusi untuk
mengatasi Perubahan moral dan etika?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
Etika dan Moral
2. Untuk mengetahui dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika, dan moral
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya
Perubahan Moral dan Etika
4. Untuk mengetahui solusi untuk
mengatasi Perubahan moral dan etika
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika dan Moral
A. Etika
Pengertian Etika (Etimologi),
berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti hati nurani ataupun
perikelakuan yang pantas (atau yang diharapkan). Secara sederhana hal itu
kemudian diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan pada
perbandingan mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Menurut para ahli, etika tidak
lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika
atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
·
Drs. O.P. Simorangkir : etika atau
etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang
baik.
·
Drs. Sidi Gajalba dalam
sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
·
Drs. H. Burhanudin Salam :
etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu di lakukan dan yang
perlu di pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan.
B. Moral
Kata Moral berasal dari kata
latin “mos” yang berarti kebiasaan.Moral berasal
dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut
ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan
tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Namun demikian karena manusia
selalu berhubungan dengan masalah keindahan baik dan buruk bahkan dengan
persoalan-persoalan layak atau tidak layaknya sesuatu.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai
implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan
manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga
dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan
seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran,
suara hati, serta nasihat, dll.
2.2. Dampak modernisasi dan
globalisasi terhadap etika dan moral
Dampak
modernisasi dan globalisasi terhadap etika, dan moral pelajar. Modernisasi
merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih
maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan,
globalisasi yang berasal dari kata global atau globe artinya bola dunia atau
mendunia.
Jadi,
globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Modernisasi
dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap masyarakat dalam bentuk positif
maupun negatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
·
Sikap Positif
a. Penerimaan
secara terbuka (open minded); lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama
yang bersikap kolot.
b. Mengembangkan
sikap antisipatif dan selektif kepekaan dalam menilai hal-hal yang akan atau
sedang terjadi.
·
Sikap Negatif
a. Menjadi
tertutup.
b. masyarakat
yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada.
c. Acuh tah
acuh.
d. masyarakat
awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi.
e. Kurang
selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi.
f.
Dengan menerima
setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi.
Modernisasi dan globalisasi
dapat masuk ke kehidupan masyarakat melalui berbagai media, terutama media
elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini semua orang dapat
dengan bebas mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan
kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang
didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya,
lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik
sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas
terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk
pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan terjadilah
penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.
Jika dilihat pada
kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih banyak mengarah ke
negatif. Kita dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh budaya
barat, jika masyarakat Indonesia sendiri tidak mempelajari pengetahuan
tentang kebudayaan Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada baiknya
budaya barat yang kita serap disaring terlebih dahulu. Karena tidak semua
budaya barat adalah baik. Jika kita terus menerima dan menyerap budaya asing
yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan
etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral
tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak
hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini
juga menghasilkan akibat positif, yaitu terciptanya masyarakat yang lebih
intelek dan melek terhadap perubahan dan perkembangan dunia.
2.3. Faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan moral dan etika
Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya Perubaha Moral dan Etika, yaitu:
a. Longgarnya
pegangan terhadap agama
Sudah menjadi tragedi dari
dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan,
sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal
simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi.
Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan
pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas
dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan
peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan
dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika
orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya,
maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan
hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang
melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi
tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama.
Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan
agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat,
karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar
hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya
masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat
itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak
pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
b. Kurang efektifnya
pembinaan moral yang dilakukan oleh rumahtangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan
oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semsetinya atau yang
sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak
anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak
lahir, belum mengerti mana uang benar dan mana yang salah, dan belum tahu
batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa
dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral,
anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak
dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang
baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral
bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan
kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun
dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik.
Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan
dan perkembangan mental dan moral anak didik.
Di samping
tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata
lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana
pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan
dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama
diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan
berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus
mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya
perelu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan
orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar
pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral
dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena
tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral.
Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak
seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
3.
Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang ini
sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak
sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat,
gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam.
Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak
moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang
semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak
mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan
dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang
disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan,
siaran-siaran, pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya
yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian
diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral
para remaja dan generasi muda umumnya.
4.
Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah
yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia
dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk
melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi
oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan,
peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk
hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan
cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi
kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi
apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah
kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu
semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan,
uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan
untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara
bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
Beberapa
faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika generasi muda saat ini
adalah:
a. Salah
pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan
untuk melakukan hal yang tidak baik.
b. Orang tua
yang kurang perhatian, apabila orang tua kuran memperhatikan anaknya, bisa-bisa
anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini
bisa menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
c. Ingin
mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat
keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalu sudah mencoba merokok
dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
d. Himpitan
ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
2.4. Solusi untuk mengatasi Perubahan moral dan etika
Ada beberapa solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada generasi penerus pada saat
ini, diantaranya adalah
a. Untuk meghindari salah pergaulan,
kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat
berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.
b. Peran orang tua sangat penting dalam
pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama
sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak
kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap
anak.
c. Memperluas wawasan dan pengetahuan
akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan
merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan
kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan,
merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun
pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
d. Diadakannya pembinaan moral dan
akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat,
mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
e. Meningkatkan iman dan takwa dengan
cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.
f. Melakukan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan remaja masjid, ikut
pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut
juga dapat meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan0kegiatan
yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan
tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir prestasi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa
antara moral, dan etika adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Pada etika, penilaian
baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat. Berdasarkan
fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan nilai etika dan moral,
seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan
lain-lain. Jika hal-hal seperti ini tidak diperbaiki, hal ini akan menyebabkan
rusaknya generasi masyarakat di masa yang akan datang. Perubahan moral dan etika terjadi akibat menurunnya
moral, akhlak dan etika.
Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya moral
generasi muda antara lain adalah Longgarnya pegangan terhadap agama, Kurang
efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat, Orang tua yang kurang perhatian, Ingin mengikuti trend, Himpitan
ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
(setidaknya meminimalkan) masalah menurunnya moral dan etika generasi penerus
adalah: Memilih teman pergaulan, orang tua harus lebih mengawasi pergaulan
anak-anaknya, serta lebih memberi perhatian, diadakannya pembekalah moral dan
akhlak, meningkatkan keimanan dan ketakwaan, melakukan kegiatan yang bersifat
positif.
3.2. Saran
Semoga
pembaca dapat mengetahui dan memahami perilaku etika dan moral dalam kehidupan,
sehingga dapat mengaplikasikan perilaku etika tersebut sesuai dengan ajaran
Agama masing-masing, serta
menjauhi dan meninggalkan perilaku yang tidak baik.